Tangis Kru Kapal saat Berlayar pada Hari Pertama Lebaran

BAKAUHENI (22/4/2023) – Shalat Idul Fitri baru beberapa jam selesai, saat kapal eksekutif KM Sebuku bersiap-siap mengangkut penumpang dari Pelabuhan Bakauheni menuju Merak.

Setidaknya 36 kru kapal sudah berada di posisi masing-masing, mulai dari bagian terbising di divisi mesin, sehingga harus memakai penutup telinga saat bekerja di sana, hingga petugas pengamat dan maintenance sarana gedung, seperti alat pendingin.

Kapten, nakhoda, mualim, dan sejumlah petugas pengendali kapal juga sudah standby di anjungan. Di sinilah tempat roda kemudi atau ruang komando, yang berisi peralatan navigasi, kamar radio, dan nahkoda.

Di terminal eksekutif, petugas pelayanan mulai mempersilakan penumpang memasuki kapal, setelah menscan tiket, mempersilakan mereka memasuki lorong yang nyaman, karena dilengkapi peralatan pendingin.

Petugas pelayanan lain juga mempersilakan kendaraan roda dua dan empat masuk kapal. Tak banyak penumpang pada Sabtu, 22 April 2023, karena masih Lebaran pertama. Para pemudik sudah tiba di tempat masing-masing, sedangkan arus balik belum saja dimulai.

Itu sebabnya petugas pelayanan menutup gerbang untuk kendaraan meski kendaraan yang masuk hanya sedikit.

Sesuai jadwal, giliran petugas penambatan kapal yang bekerja, berkoordinasi dengan kapten dan nakhoda kapal untuk segera melepas tali, dan berlayar dari Pelabuhan Bakauheni menuju Merak.

Terus bekerja pada satu hari Lebaran? Dwi Irianto, Kapten KMP Sebuku, melempar senyumnya. Pria berusia 50 tahun itu menyebut ia sudah 23 tahun tidak berlebaran di rumah atau kampung halamannya di Semarang, Jawa Tengah.

Sesuai komitmen pekerjaan, Kapten dan para kru kapal tidak boleh mengajukan cuti sejak H minus 10 hingga H plus 10, setiap Lebaran. Mereka baru bisa bertemu keluarga setelah itu atau pelayanan pelayaran dianggap sudah normal.

Dwi Irianto mengatakan ia sering trenyuh jika mengingat kata-kata ibu mertuanya, yang menyebut seorang pasti hilang saat seluruh keluarga berkumpul pada 1 hari Lebaran.

Untuk mengatasi kerinduan berkumpul saat Lebaran, Dwi Irianto menyebut melakukan berbagai cara untuk menghibur diri, seperti membeli makanan khas Lebaran, video call dengan anak-anak, isteri, dan keluarga, jika sinyal bagus.

Meskipun demikian, rindu berkumpul dengan keluarga pada 1 hari Lebaran tetap saja sering menganggu.

Dwi Irianto mengatakan hampir setiap lebaran ia melihat kru kapal menangis pada 1 hari Lebaran. Mereka melakukannya dengan sembunyi di kamar, tetapi sering ia pergoki, yang membuatnya juga harus menghela nafas panjang.

@lampungtelevisi.com
Video dan artikel* ini bersumber langsung dari youtube dan kami share di website Lamsel.comLampung Selatan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan