19 Emas Tak Cukup bagi Lampung Perhatikan Lifter Wanita

PRINGSEWU (17/7/2023) – Wanita itu seorang legend angkat besi bagi warga Pringsewu dan Pesawaran, terutama Desa Sidomulyo, Kecamatan Negeri Katon. Tapi, kini, prestasinya tidak sebanding dengan kemiskinan yang ia derita saat ini.

Mendulang setidaknya 19 medali emas, 5 perak, dan 2 perunggu, untuk mewakili Lampung di dua kali PON dan Indonesia di kejuaraan dunia, Maruah, sang legend, bahkan, kini seperti menghindar bergaul, untuk menutupi prestasinya, yang tidak seimbang dengan kehidupannya saat ini.

Atlet angkat besi kelahiran 14 April 1972 itu, dulu, dielu-elukan, sering menghiasi sejumlah surat kabar dan majalah, dalam dan luar negeri, terutama karena pernah memperoleh medali emas dari kejuaraan dunia di Bali.

Ia juga pernah dijanjikan menjadi pegawai negeri atas prestasinya saat masih berusia 18 hingga 23 tahun. Namun karena tidak pernah terealisasi, sang legend angkat besi wanita itu menjadi risih tinggal di Desa Sidomulyo, dan menjauh ke Dusun Pendowo 2, Roworejo, Negeri Katon, Pesawaran.

Dalam usianya 55 tahun pada Tahun 2023, Maruah tetap menjadi petani untuk menghidupi lima anaknya. Karena suaminya, Wasono, pun hanya bekerja serabutan, rumah mereka sangat sederhana. Sudah beton, tapi hanya bagian depan yang diplester. Sebagian dari bangunan dalam dan belakang masih bata merah.

Maruah juga belum mampu memiliki dapur sendiri. Ia memasak air dan nasi di luar bangunan, karena tidak mampu membeli gas dan hanya mengendalkan tungku dan kayu kering yang diperoleh dari jalanan, pematang sawah, atau meminta pelepah kering di kebun orang lain.

Saat ditemui pada Minggu, 16 Juli 2023, Maruah mengatakan ia sudah lama melupakan prestasinya. Namun karena puluhan medali masih ia simpan, kenangan lama tidak bisa hilang. Terutama saat setiap hari berjalan kaki menuju Padepokan Angkat Besi di Pringsewu untuk ditempa Imron Rosadi.

Wanita berusia 55 tahun itu juga sudah melupakan janji Pemerintah Provinsi Lampung yang akan memberikan pekerjaan sebagai ASN. Namun, saat melihat sebagian atlet lain ada yang diperhatikan, ia juga ingin mengadukan nasibnya ke Presiden Jokowi Widodo.

Afeneru, mantan Kepala Desa Sidomulyo, Negeri Katon, Pesawaran, mengakui keprihatinan legend lifter wanita itu. Sang kades mengatakan, kalaupun tidak ada perhatian terhadap atlet wanita yang berjuang untuk mengharumkan nama Lampung dan Indonesia di mata nasional dan internasional, ia mengharapkan hal yang sama tidak menimpa atlet lain pada saat ini.

@lampungtelevisi.com
Video dan artikel* ini bersumber langsung dari youtube dan kami share di website Lamsel.comLampung SelatanLamsel

Pos terkait

Tinggalkan Balasan