Pengaruh kurang gizi pada tumbuh kembang anak

Pengaruh kurang gizi pada tumbuh kembang anak antara lain :

  a. Pada pertumbuhan anak :

1.     berat badan tidak sesuai dengan umur

2.    tinggi badan tidak sesuai dengan umur

3.    berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan

4.   lingkar kepala dan lingkar lengan kecil

b. Pada perkembangan anak :

1.     berat, besar otak tidak bertambah, tingkah laku anak tidak normal

2.    tingkat kecerdasan menurun

Disamping itu, gizi kurang juga dapat menyebabkan beberapa penyakit, yaitu:

 a)    Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya Anak Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain, dan belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik terutama dalam hal makanan. Hal ini juga di karenakan pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni :

a. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan menurut standar Harvard.

b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan menurut standar Harvard.

c. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat adan menurut standar Harvard.

Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.

Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau honger oedema (HO) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.

Jenis KKp atau PCM di kenal dalam 3 bentuk yaitu :

1.     Kwarshiorkor

Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.

Tanda-tanda Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita Kwashiorkor yaitu :

·        Gagal untuk menambah berat badan

·        wajah membulat dan sembap

·        Rambut pirang, kusam, dan mudah dicabut

·        Pertumbuhan linear terhenti

·        Endema general (muka sembab, punggung kaki, dan perut yang membuncit).

·        Diare yang tidak membaik

·        Dermatitis perubahan pigmen kulit

·        Perubahan warna rambut yang menjadi kemerahan dan mudah dicabut

·        Penurunan masa otot

·        Perubahan mentak seperti lathergia, iritabilitas dan apatis yang terjadi

·        Perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia

·        Pada keadaan akhir (final stage) dapat menyebabkan shok berat, coma dan berakhir dengan kematian.

Cara mengatasi kwarshiorkor

Dalam mengatasi kwashiorkor ini secara klinis adalah dengan memberikan makanan bergizi secara bertahap. Contohnya : Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa kembali.

2.  Marasmus

Marasmus adalah berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Sebaliknya walau asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang (misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya). Marasmus disebabkan karena kurang kalori yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup.

Penderita marasmus yaitu penderita kwashiorkor yang mengalami kekurangan protein, namun dalam batas tertentu ia masih menerima “zat gizi sumber energi” (sumber kalori) seperti nasi, jagung, singkong, dan lain-lain. Apabila baik zat pembentuk tubuh (protein) maupun zat gizi sumber energi kedua-duanya kurang, maka gejala yang terjadi adalah timbulnya penyakit KEP lain yang disebut marasmus.

Tanda-tanda yang sering dijumpai pada pada penderita marasmus, yaitu:

·        Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit bahkan sampai berat badan dibawah waktu lahir.

·        Wajahnya seperti orang tua

·        Kulit keriput,

·        pantat kosong, paha kosong,

·        tangan kurus dan iga nampak jelas.

Gejala marasmus adalah seperti gejala kurang gizi pada umumnya (seperti lemah lesu, apatis, cengeng, dan lain-lain), tetapi karena semua zat gizi dalam keadaan kekurangan, maka anak tersebut menjadi kurus-kering.

         3.  Marasmus-Kwashiorkor

Gambaran dua jenis gambaran penyakit gizi yang sangat penting. Dimana ada sejumlah anak yang menunjukkan keadaan mirip dengan marasmus yang di tandai dengan adanya odema, menurunnya kadar protein (Albumin dalam darah), kulit mongering dan kusam serta otot menjadi lemah.

b)    Busung Lapar

Busung lapar atau bengkak lapar dikenal jiga dengan istilah Honger Oedeem (HO). Adalah kwarshiorkor pada orang dewasa. Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Pada busung lapar terjadi penimbunan cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung (oleh karenanya disebut busung lapar).

Tanda-tanda yang terjadi yaitu :

·        Kulit menjadi kusam dan mudah terkelupas

·        Badan kurus

·        Rambut menjadi merah kusam dan mudah dicabut

·        Sekitar mata bengkak dan apatis

·        anak menjadi lebih sering menderita bermacam penyakit dan lain-lain.

Penderita busung lapar biasanya menderita penyakit penyerta. Misalnya dari 12 anak balita di Kabupaten Cirebon, tiga di antaranya menderita tuberkulosis, satu hydrocephalus (kepala besar), dan satu meningitis (radang selaput otak).

Pos terkait