MAKALAH PEMBENIHAN IKAN HIAS

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corydoras merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak diminati pecinta ikan hias dan mempunyai peluang ekspor. Selain digunakan sebagai ikan hias air tawar, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik di negara maju. Walaupun ikan ini berasal dari Amerika Selatan, tetapi sejak lama telah berhasil dibudidayakan di Indonesia. Ikan ini dikenal mudah pembudidayaannya.

Di pasaran saat ini sudah berkembang banyak spesies yang harganya cukup mahal, di antaranya ialah Corydoras paleatus, Corydoras panda, maupun Corydoras sterbai. Jenis corydoras ini memerlukan suhu pemijahan yang relatif rendah dibanding corydoras aenes, yaitu antara 24-26° C.

Panjang tubuhnya dapat mencapai 7 cm. Tubuh tersebut diselimuti dua baris sisik dengan sisik yang lebih besar disebut Plate. Mulutnya dilengkapi sepasang sungut atau kumis yang berguna sebagai sensor atau radar untuk mencari makan di dalam gelap.

Agar corydoras ini tumbuh dengan baik, air untuk pemeliharaannya sebaiknya memiliki nilai pH 7-7,5 dengan kekerasan (hardness) 10° dH. Untuk membantu pertumbuhannya, sebaiknya ke dalam kolam pemeliharaan ditambahkan kapur.

BAB 2 TIJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Corydoras

Corydoras panda yang berasal dari Rio Ucayali mulai dikenal tahun 1995. Warna tubuhnya kekuningan atau coklat muda dengan tanda hitam menyilang di bagian mata, sirip punggung dan pangkal ekor. Paduan warna di tubuhnya tersebut menyebabkan penampilannya mirip seperti binatang panda, sehingga dinamakan corydoras panda.
Sistematika corydoras menurut Hoedemen (1975) sebagai berikut :
· Filum : Chordata
· Kelas : Osteichthyes
· Subkelas : Actinopterygii
· Ordo : Siluriformes
· Subordo : Siluroidei
· Famili : Callichthyidae
· Genus : Corydoras

2.2 Morfologi
Ciri-ciri morfologi dari genus Corydoras ini antara lain tubuhnya pendek dan gemuk, punggung lebih melengkung dibanding perut, kedua sisi ikan dilengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, serta pada rahang atas dan bawah terdapat dua pasang kumis. Ukuran tubuh ikan ini berkisar 2,5-12 cm dengan ukuran mayoritas 5-7 cm. Corydoras ada sekitas 100 spesies atau jenis. Setiap jenisnya memiliki ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya, terutama dari warna tubuhnya yang bervariasi. Namun dari sekian banyak jenisnya tersebut, hanya ada beberapa jenis saja yang terkenal. Umumnya jenis corydoras yang dikenal tersebut mudah berkembangbiak. Beberapa jenis yang sudah dikembangkan secara massal di Indonesia diantaranya : Corydoras panda, Corydoras paleatus, Coridoras sterbai, Corydoras albino dan Corydoras bronze.

2.3 Ciri Morfologi

Bentuk tubuh pendek dan gemuk, punggung lebih melengkung dibandingkan dengan perut, kedua sisi ikan dilengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, mempunyai dua pasang kumis yang terletak di rahang atas dan rahang bawah serta ukuran tubuh dapat mencapai 12 cm. Ikan Corydoras dapat dibudidayakan di kolam yang kandungan oksigen di dalam airnya rendah. Kondisi lingkungan cocok untuk jenis ikan ini adalah: pH 6-8, suhu 21.5-28 O C.

2.4 Seleksi dan Pengelolaan Induk
Induk yang dipijahkan yaitu induk yang berumur 7 bulan keatas atau dengan panjang tubuh 3 – 4,5 cm. Ikan jantan memiliki bentuk tubuh seperti terpedo. Bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Tubuh ikan jantan lebih langsing dan ukurannya lebih kecil daripada betina. Sirip dorsalnya tampak lebih runcing, sementara induk betina memiliki tubuh yang lebih besar dibanding jantan dan perutnya tampak membundar karena berisi telur.
Pemeliharaan induk dilakukan dengan cara bersama antara jantan dan betina dalam satu akuarium, selama pemeliharaan induk diberi pakan berprotein tinggi untuk menjaga kualitas dan kuantitas telur, yang didapat dari pakan alami berupa tubifex (cacing sutera) atau larva chironomus (cacing darah).
Penggantian air harus dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitas induk dan kualitas air.

2.4.1 Prasarana dan Sarana

Dalam pemeliharaan ikan Corydoras diperlukan sarana berupa bahan dan alat, yaitu :

a. Induk ikan Corydoras betina dan jantan

b. Wadah pemeliharaan berupa :

~ Bak pemeliharaan induk jantan dan betina secara masal, sekaligus sebagai tempat pemijahan, atau akuarium yang berukuran 60x40x40 cm.

~ Bak pemeliharaan larva dan benih secara masal

c. Pakan

~ Pakan induk berupa cacing tubifex atau Chironomous serta jentik nyamuk.

~ Pakan larva berupa nauplii artemia

~ Pakan untuk pembesaran ikan Corydoras hingga siap dipasarkan adalah cacing tubifex

2.5 Pemeliharaan Induk

Ikan Corydoras mulai dapat dipijahkan minimal pada umur delapan bulan. Pakan yang terbaik diberikan pada masa pemeliharaan induk adalah pakan yang banyak mengandung zat chitin seperti larva nyamuk yang baik untuk perkembangan telur. Selain itu karena Corydoras bersifat ‘bottom feeder’ maka ikan ini lebih responsif pada jenis makanan seperti cacing tubifex atau chironomus.

Cara termudah untuk membedakan jenis kelamin adalah dengan melihat bentuk tubuh. Ikan jantan mempunyai bentuk tubuh seperti terpedo, bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Tubuh lebih langsing dan ukurannya lebih kecil daripada betina, dan sirip dorsal ikan jantan terlihat lebih runcing. Tubuh ikan betina berukuran lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan, dan perutnya yang tampak membundar berisi telur.

2.6 Pemijahan

orydoras mengeluarkan telurnya secara parsial, maka setiap hari dapat ditemukan telur yang menempel pada rumbai-rumbai rafia dan pada kaca akuarium bagian atas atau didasar akuarium. Waktu pemijahan terjadi menjelang pagi atau pada pagi hari, saat berpijah corydoras perlu ketenangan atau suasana yang tenang. Keberhasilan saat memijah dapat diamati dari telur yang menempel pada substrat, jika telur berwarna bening maka mutu telur bagus, sedangkan jika berwarna putih maka mutu telur tidak bagus, kemudian substrat yang sudah ditempeli telur diambil/diangkat dan dipindahkan ketempat penetasan berupa akuarium. Karena pemijahannya bersifat masal dalam satu wadah maka perbandingan antara jantan dan betina adalah satu banding satu. Saat memijah mulut betina mendekati bagian genital jantan untuk menghisap sperma jantan agar dapat mengumpulkan sperma jantan di dalam mulutnya. Sesaat kemudian betina meninggalkan jantannya, dari mulut induk betina tersebut sperma jantan akan dikeluarkan bersamaan dengan telur-telur dari dalam tubuhnya, kemudian ditempelkan pada substrat, dengan demikian telur sudah terbuahi. Jumlah telur yang mampu dihasilkan untuk satu ekor induk yaitu sebanyak 200 – 300 butir telur.

2.7. Penetasan telur

Telur-telur corydoras panda yang berada di tempat penetasan (berupa akuarium) dengan ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm dengan ketinggian air 35 cm, akan menetas menjadi benih pada hari ke 4 (empat). Sementara substrat yang telur-telurnya sudah menetas segera diangkat dan dicuci bersih sebelum digunakan lagi. Pencucian tersebut bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa telur yang tidak menetas dan membersihkan jamur yang menempel pada substrat. Benih yang baru menetas tidak langsung diberi pakan karena benih tersebut masih membawa kuning telur sebagai makanannya, pada hari ketiga baru diberikan pakan berupa artemia dengan dosis 75 gr. Pakan artemia diberikan secara rutin selama 7 hari, pada hari ke 8 sampai hari ke 14 diberi campuran antara artemia dengan cacing sutera yang diblender atau dihaluskan, dengan dosis satu sendok teh cacing sutera per akuarium.

2.8  Tahap Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan pada wadah berupa fiber glass atau bak semen sampai ukuran S (Small=kecil) dengan padat penebaran 20-30 ekor/liter. Selama satu Bulan mencapai ukuran M (Medium=sedang) yaitu dengan padat penebaran 10-15/liter dan siap untuk dipasarkan. Pemeliharaan selanjutnya lebih diarahkan ke pengadaan calon induk, karena biasanya pada ukuran L (Large=besar) permintaan pasar cenderung menurun. Padat penebaran pada masa pemeliharaan dari ukuran M ke ukuran L adalah 5 ekor/liter. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan ikan sampai siap dipasarkan berupa cacing tubifex.

2.9 Pendederan

Pendederan merupakan tahapan pemeliharaan benih corydoras setelah dirawat di akuarium selama 7 – 10 hari. Pendederan ini dilakukan hingga benih berukuran sekitar 1,75 cm atau selama 1 – 1,5 bulan. Wadah pendederan dapat berupa bak semen, fiberglas, atau akuarium. Selama pemeliharaan, corydoras akan lebih banyak memanfaatkan dasar perairan. Oleh karena itu, padat penebarannya jangan telalu tinggi, cukup sekitar 1.000 – 2.000 ekor/m². Jika kepadatannya terlalu tinggi, ikan akan bersaing memperoleh pakan. Tinggi air medianya pun disarankan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 10 cm. Hal ini disebabkan ikan akan sering naik ke permukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Bila tinggi airnya melebihi tinggi ideal, dikhawatirkan akan banyak energi yang terbuang. Pakan yang digunakan selama masa pendederan ini adalah cacing sutera. Dosis secukupnya saja sesuai kebutuhan ikan. Sesuai pengalaman, biasanya dosisnya sekitar 10% dari bobot total ikan.

2.9. Pengelolaan Kesehatan Ikan

Kualitas air selama pemeliharaan benih harus selalu dijaga kebersihannya sehingga perlu diadakan penggantian air secara rutin sehari atau dua hari sekali, jumlah air yang diganti adalah 2/3 bagian, karena benih corydoras menyukai air yang bening dan bersih maka sisa pakan dan kotoran yang ada di dasar akuarium harus selalu dibersihkan/dibuang dengan cara menyipon. Parameter air yaitu suhu 28°C – 30°C, pH 4 – 6, Kesadahan 2 – 4, Oksigen 2 – 5.


BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

  1. Pembenihan ikan belida meliputi Perawatan dan Seleksi Induk, Proses Pemijahan, Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva dan Benih.

  2. pakan dan kotoran yang ada di dasar akuarium harus selalu dibersihkan/dibuang dengan cara menyipon. Parameter air yaitu suhu 28°C – 30°C, pH 4 – 6, Kesadahan 2 – 4, Oksigen 2 – 5

  3.  

3.2 Saran

  1. Pentingnya menjaga suhu pada penetasan ikan Corydoras


DAFTAR PUSTAKA

Lesmana Darti Satyani, Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias, Jakarta, Penebar Swadaya, 2003.

Liviawati Evi dan Eddy Afrianto, Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan, Yogyakarta, Kanisius, 1993.

Mudjiutami Endang, Ikan Hias Air Tawar Corydoras, Jakarta, Penebar Swadaya, 2000.

Pos terkait